Kamis, 07 April 2016

Cerpen Anak





Teman Apa Bukan Sih???
 “ Kesabaran ada batasanya..., masak aku harus terus sabar menghadapi semua cacian dan makian Si Anak sok pandai dan sok cantik itu???... “. Kata Nadia sambil mengerutkan jidat nya.
“ Ya tapi kamu selalu sabar menghadapi dia, karna dia memang selalu menyakiti hati teman – temanya itu...!!!!!! “. Kata Mona yang berusaha menenangkan diri sahabatnya itu.
“ Jadi, yang di caki maki bukan aku saja ya???... baiklah aku akan semangat menghadapi teman yang sangat membosankan itu... !!!! “ jelas Nadia tenang.
“ Eh, ya sudah kita pulang aja yuk... sudah mau maghrib nih!!!.  “. Kata salah satu di antara mereka. Karna hari sudah mulai petang satu satu diantara kita mulai pulang ke rumah masing – masing. Kecuali, Nina. Dia adalah salah satu teman ku juga. Dia adalah teman yang  paling ceria, dia tidak pernah mengeluh jika di caci maki, di olok – olok atau  pun jika dia dikerjain. Tapi entah kenapa dia sekarang kelihatan sedih dan tidak percaya diri serta lincah seperti kemarin – kemarin. Aku seakan tidak percaya tentang apa yang aku pikirkan di benatku...



Benarkah dia juga di olok – olok Si Anak yang menjengkelkan itu???... tapi jika dia di olok – olpk bukanya dia tidak pernah mengeluh???


Sangking kepo nya aku bertanya kepada Nina....
“ Nin, kamu kenapa??? Kok nggak kayak biasanya?... “
“ Iya Nad, aku lagi sedih dan sakit hati... “
“ Karna anak yang paling menjengkelkan itu ya??... “
“ Kamu nggak usah tanya deh... pasti jawaban ku dan semua yang kayak aku pasti iya!!! “
Jadi, penyebab semua itu adalah dia,  aku berpikir seperti itu. Aku meminta ijin kepada Nina untuk pulang duluan. Dalam perjalanan aku bertemu dengan seorang nenek yang sudah sangat renta,
“ Nek bisa saya bantu? “ Nadia bertanya.
“ Iya nak, nenek kesulitan membawa belanjaaan ini!! “ sahut nenek menjawab.
“ Baiklah, ayo nek.!! “
Sesampainya di rumah nenek, aku terkejut karna rumah nenek itu sudah tidak layak dihuni lagi. Jadi aku mengantarkan nenek itu masuk ke rumahnya dengan sangat kasihan. Lalu aku ijin kepada nenek untuk pulang ke rumah. Di rumah aku sudah disambut keluarga ku dirumah.
“ Nad, kenapa murung?. Pulang – pulang kok murung! “ sahut ibuku yang sudah menunggu lama di ruang tamu.
“ Iya bu, tadi aku menolong nenek membawa belanjaannya sampai ke rumah. Setelah aku melihat rumah nenek itu, dan ternyata rumah itu sudah tidak layak dihuni lagi. Sampai sekarang aku masih bingung memikirkan jawaban agar aku bisa membantu nenek yang sudah sangat renta itu. “ jawab Nadia sedih.
“ Ya sudah, besok kan kamu libur!!. Jadi besok kamu kasih tau kami rumah nenek itu dan kami sebisa mungkin akan membantu. Jika rumah itu tidak bisa diperbaiki nenek itu bisa tinggal di rumah ini. “ sahut ibu menenangkan.

Keesokan harinya Nadia mengajak ibu dan ayahnya pergi ke rumah nenek itu. Sesampinya dii sana. . .
“ Assalamu’alaikum. Nek , nenek!!! “ Nadia memaggil nenek yang kemrin dia jumpai.
“  Wa’alaikum salam... Oh, ternyata kamu ya? “ sahut nenek.
“ Iya nek, apakah kedatanganku  mengganggu??. Jika tidak saya akan memberitahu sesuatu yang sangat membahagiakan nek... “ Nadia mebjawab.
“ Tidak nak, kedatanganmu sangat membuatku merasa bahagia. Sesuatu apa?? “ neek bertanya.
“ Iya nek, kami mau mengajak nenek merasakan kebahgiaan kami. Maksud kami, kami akan mengajak nenek tinggal bersama kami di rumah kami nek!! “
“ Bukannya nenek menolak, tapi nenek mempunyai 3 cucu yang harus ikut berjuang hidup nersama nenek. “ sahut sang nenek.
“ Kalau begitu bawalah saja nek cucu – cucumu itu. Nenek masuk sambil menyiapkan semua ya..!!! “ Nadia berkata.
“ Iya nak, nenek akan segera cepat. “ nenek menjawab. Akhirnya sang nenek keluar dengan membawa semua barangnya dan bersama cucunya.
Sesampainya di rumah Nadia, nenek itu langsung menata barangnya di kamar yang sudah disediakan keluarga Nadia. Lalu, si nenek itu langsung keluar rumah. Kata si nenek, nenek ingin membeli buah segar tapi aku berpikir...


Nenek mau kemana ya???... kan semua buah segar sudah tersedia di kulkas, semua jenis sayuran dan lauk pauk juga sudah ada!!. Lalu dia mau pergi kemana ya???....


Aku bingung sekali sampai fillingku tentang nenek itu ternyata benar. Nenek itu kabur dari rumah dn meninggalkan cucunya di sini. Sampai cucunya itu sudah menginjak remaja nenek itu belum juga kembali ke rumahku. Dan pada suatu hari cucu – cucu nenek itu benar – benar sudah menginjak masa dewasanya dan sudah lulus kuliah dan berhasil mendapat gelar sarjana.
Akhirnya libur sekolah pun sudah tinggal 1 hari lagi, aku dan teman – temanku berkumpul di sekolah untuk membersihkan kelas sekaligus kerja kelompok. Keesokan harinya adalah hari pertama sekolah setelah hari liburan aku sangatt senang sekali, karna bisa berjumpa dengan teman terbaikku. Tapi ada satu hal yang tidak membuatku bahagia Si Anak sok cantik itu, dia yang selalu membuatku malas masuk kelas dan belajar di kelas. Tapi semua itu harus aku tahan karena dia juga termasuk teman sekelasku, teman sekelas harus rukun, tidak boleh bertengkar dan tidak boleh menyembunyikan kekesalan dalam hati.
Pada saat istirahat aku bertemu dengan Rudi. Dia adalah salah satu bagian pengurus kelas kami yang sekaligus  paling pintar dalam pelajaran matematika bahkan satu sekolah pun tahu kalau dia itu pintar pelajaran mtematika, sampai – sampai dia diandalkan dalam berbagai lomba matematika. Aku menanyakan kepada Rudi tentang Si Anak yang sok cantik dan segala macam itu. Dan Rudi menjawab
“ Iya benar, teman – teman kita sesekolah itu sudah tahu semua tentang Si Anak yang sok – sok an itu “ jawab Rudi.
“ Baiklah, bagaimana kalau kita melapor kepada bapak / ibu guru? “ kata Nadia.
“ Boleh, ayo!! “ jawaban Rudi.  Jadi kita pergi menemuai bapak / ibu guru guna melaporkan Si Anak yang selalu menyakiti hati temanya itu.
Keesokan harinya gurunya itu menindak lanjuti dengan cara jika ada anak yang merasa tersindir di sekolah harap langsung lapor ke bapak / ibu guru yang sudah di tetapkan bertugas untuk mengawasi gerak – gerik anak yang sombong dan sok – sok an itu.
Sampai pada suatu hari datanglah sepuluh anak yang melapor kepada bapak / ibu guru yang bertugas tersebut. Beberapa di antara mereka manangis, ada juga yang sedih dan banyak lagi. Salah satu anak ada yang bicara
“ Pak, Bu saya dan teman – teman saya merasa tersindir dengan semua yang di lakukan anak itu. Saya ingin anak itu di keluarkan dari sekolah ini!!! “ sahut salah satu anak.
“ Ya sudah, teim kasih atas informasinya. Saya dan ibu guru akan menindak lanjuti tingkah dan perilaku anak itu kepada kalian.  “ jawab bapak guru yang berusaha menghibur korban dari anak yang sangat menjengkelkan tersebut.
“ Baiklah, sekarang mending kalian masuk kelas dan coba bergau di sana. Tapi, jangan bergaul dengan anak yang menjengkalkan itu.. “ sahut ibu guru menjawab.
“ Ya bu, terima kasih atas sarannya. Terima kasih juga kepada bapak gurru. “ jawab salah satu anak. Jadi mereka semua kembali ke kelas masing – masing untuk melaksanakan saran ibu guru dan bapak guru tadi.
Sampai pada suatu hari tingkah Si Anak sombong itu diketahui oleh kepala sekolah. Akhirnya Anak yang sombong itu di keluarkan dari sekolah, dan dipindahkan ke sekolah swasta biasa.
Teman – teman semua senang, kecuali Aldi. Dia adalah sahabat terbaik Si Anak yang sok pandai dan sok cantik itu. Tapi bagi Aldi dia melakukan itu karena ada tekanan dari orang tua yang selalu bertengkar setiap hari. Jadi semua yang terjadi adalah kesalah pahaman kami, seharusnya kami mendukungnya agar dia tidak strees. Tapi semua itu sudah terlambat.
Jadi kita bisa menjadikan kesalahan sebagai pelajaran, karena kesalahan itu bukan salah tapi kurangnya pemahaman kita.


TAMAT............

Nantikan kisah kami selanjutnya, OK!!